Saturday, June 5, 2010

Rumput Tetangga Tidak Selalu Lebih Hijau

Selalu terlihat mesra dan tampak sebagai keluarga bahagia. Siapa yang tidak iri kalau punya tetangga seperti itu?

Saya yakin, perasaan ini sering kali dirasakan oleh para istri. Bukan berarti para pria tidak pernah mengalaminya, namun saya akui, kaum Adam memiliki kelebihan dalam hal menyembunyikan emosinya. Jadi, hanya diri mereka saja yang tahu apa yang mereka rasakan. Nah, justru wanitalah yang terkenal dengan kemampuan mereka meluapkan perasaan, yang bisa dibilang menjadi kebutuhan utamanya, yaitu ingin didengarkan.

Saya pun termasuk wanita yang normal, jadi kegemaran mengungkapkan isi hati adalah juga kebiasaan saya. Termasuk mengungkapkan "kekaguman" saya terhadap kehidupan tetangga. Tentu, suami adalah objek pendengar yang setia dalam hal ini. Ya memang, suami adalah pendengar setia, karena apa yang saya ungkapkan sebenarnya merupakan keluhan terselubung untuknya, yang kalau diartikan secara langsung, adalah ungkapan seperti "Kenapa kita tidak bisa mesra seperti mereka?", "Kenapa mobil kita tidak ganti seperti punya mereka?", "Kenapa kamu tidak bisa mengajak saya dan anak-anak liburan ke luar negeri seperti mereka?", dan pertanyaan lain yang di ujungnya selalu terselip kata-kata "seperti mereka".

Tenang saja, bagi para istri atau wanita yang merasa memiliki kebiasaan yang sama dengan saya, cerita di atas hanyalah contoh kasus yang kerap terjadi dalam kehidupan berumah tangga. Sebenarnya, di mana pun juga, di situasi apa pun juga, semua orang pasti pernah mengalaminya. Entah itu iri dengan kenaikan karier seorang rekan kerja yang begitu cepat, iri melihat pendapatan sahabat yang jauh lebih tinggi, atau iri pada kehidupan saudara sendiri yang terlihat lebih mudah diarungi.

Begitu juga dalam kehidupan berumah tangga. Coba tanyakan kepada diri Anda, pernahkah Anda merasakan kekurangan pasangan seiring bertambahnya usia pernikahan? Banyak orang bilang, awal pernikahan terasa bagaikan masa bulan madu tanpa henti, tapi lama-kelamaan rasa bosan mulai datang. Bila saat itu telah tiba, kita mulai melihat satu per satu kekurangan dari pasangan timbul di permukaan.

Padahal, semuanya itu berawal dari rasa kagum yang berujung pada kecemburuan. Kalau kita mau berkaca pada diri orang lain, menikmati apa yang sudah kita dapatkan, tentunya kehidupan kita bersama pasangan adalah sesuatu yang indah dan patut disyukuri. Belum tentu orang lain yang kita kenal memiliki pasangan yang 100% mencintai kita dengan tulus, menjaga kita saat sakit, menghibur kita saat bersedih, dan mendampingi kita dalam suka maupun duka. Kita tidak boleh hanya menilai sesuatu hal dari tampak luarnya saja.

Terkadang, sifat manusia yang tidak mau kalah, membuatnya berpikir bahwa penderitaan yang dialaminya lebih berat daripada penderitaan orang lain. Maka, kita cenderung melihat kehidupan orang lain jauh lebih indah dan mudah, daripada kehidupan yang kita jalani. Itu tidak benar!

Pernahkah Anda berpikir, di balik kemesraan yang terlihat dan kekayaan yang tampak, ada permasalahan yang juga sedang melanda mereka yang memiliki. Bisa saja, untuk dapat memiliki rumah mewah dan mobil bagus, pasangan itu harus bekerja sedemikian keras, sehingga sering kali anak-anak yang menjadi korban, dan tumbuh menjadi anak yang kurang perhatian dari orangtuanya. Atau, kemesraan yang mereka tunjukkan adalah palsu. Tidak ada yang tahu jawaban pastinya, kecuali Anda mau menyelidiki dengan cermat, yang adalah perbuatan yang tidak terpuji.

Buat apa mencampuri urusan orang lain, termasuk mencemburui kehidupan orang lain. Masih banyak yang jauh lebih penting untuk diurusi, yaitu kehidupan rumah tangga kita sendiri. Dari pada hanya mengeluh kurang ini-kurang itu, lebih baik kita mensyukuri kehidupan yang telah kita miliki ini. Bahkan, kalau perlu, tingkatkan kualitas kehidupan rumah tangga kita dengan memupuk rasa saling menyayangi, pengertian, dan kepercayaan. Pasangan tentu jauh lebih bahagia melihat orang yang dicintainya selalu mendukung dirinya 100% tanpa mengeluh. Niscaya, rumput kita sama hijaunyua dengan rumput tetangga, atau bahkan lebih indah!

No comments:

Post a Comment