Friday, June 4, 2010

Biar Tua Tetap Belajar

Penulis : Lenny Wongso


"Ma, bete banget nih, libur nggak ada kerjaan. Mau ngeles ya Ma," kata si sulung Vicky saat libur setelah menyelesaikan program diplomanya.

"Iya lah, daripada nganggur, belajar sesuatu kan jauh lebih baik. Mau les apa?" tanya saya.

Setelah mengumpulkan beberapa informasi, Vicky memutuskan ikut les komputer di bilangan Grogol.

Hari pertama sepulang les, dengan gembira dia bercerita, "Ma, di kelasku ada temen les yang berumur 72 tahun. Wau, hebat sekali ya Ma. Sudah umur segitu masih mau belajar. Orangnya lucu lagi, sibuk nanya dan setelah berkali-kali nanya, si bapak pun ber-sorry-sorry ria sama kita-kita, sambil menertawakan kelambanan dan kebodohannya make komputer......"

Setiap pulang les, ada saja yang diceritakan Vicky tentang si bapak. Suatu ketika, si bapak membawa kamera di kelas untuk memotret teman-teman sekelas. Saat pertemuan berikutnya, Vicky pulang sambil membawa gelas mug bergambar foto dirinya pemberian si bapak. Kali lain, ada tas dan aksesori bergambar kunci G dibawa pulang, juga pemberian si bapak. Ternyata, si bapak menyukai bermain piano, sama dengan Vicky. Di kelas pun, Vicky tiap kali membantu si bapak dalam belajar. Sungguh pertemanan yang tidak biasa, tetapi sangat indah, antara mereka hingga akhir masa kursus.

Di kisah yang berbeda, saya pernah dimintai tolong oleh teman, sepasang suami istri. Walaupun kehidupan mereka tergolong sederhana, mereka adalah orangtua yang baik. Mereka setia menyisihkan uang untuk membiayai pendidikan anak-anaknya. "Bu, tolong dong, bantu kami nasihati si bungsu, anak laki-laki kami satu-satunya, agar mau segera menyelesaikan kuliah. Sudah semester akhir. Kan sayang ya, tinggal selangkah lagi. Ada saja alasannya untuk tidak pergi ke kampus. Kami sudah putus asa. Masak skripsi saja lebih dari satu tahun nggak kelar-kelar. Ibu kan orang yang dihormati dia, pasti dia mau mendengarkan kata-kata Ibu. Tolong ya Bu," kata si ibu dengan wajah menyiratkan berjuta harapan. Berharap agar saya bisa menjadi penyambung lidah, berharap si anak segera menyelesaikan kuliahnya, dan entah apa lagi harapan yang masih tersisa.....

Netter yang berbahagia,

Belajar memang tidak memandang batas usia. Nyatanya yang berumur pun tetap sibuk menambah ilmu. Kata si pelajar berumur itu, "Setelah semua pekerjaan tidak lagi mengikat bapak, sekaranglah saatnya bapak punya semua waktu untuk belajar dan mengerjakan banyak hal yang bapak sukai. Sungguh nikmat sekali. Kalian anak muda, mumpung masih punya stamina otak yang cukup, fisik yang memadai, jangan pernah disia-siakan ya. Bapak yang sudah senja saja menyayangkan sisa waktu yang masih tersisa untuk belajar semua hal yang masih bisa dipelajari," nasihatnya.

Sama seperti suami tercinta saya, Andrie Wongso, yang tidak pernah kehilangan semangatnya untuk belajar. Jika saya menempatkan diri pada posisi sebagai orang lain, rasanya akan muncul pertanyaan, sampai kapan Andrie Wongso akan capai belajar? Sebab, hingga sekarang, tak pernah sekali pun saya menyaksikan ia berhenti belajar. Ia tidak pernah menyerah pada batasan keadaan, seburuk apapun, untuk terus mengasah diri, hingga saat ini. Tak heran, jika ia kemudian mempunyai filosofi "Succes is My Right". Kesuksesan yang diraihnya memag berkat perjuangan tanpa henti dari proses belajar yang pantang surut. Salut.

Bagaimana dengan kita?

No comments:

Post a Comment