Friday, June 4, 2010

Anak Dan Warisan

Penulis : Lenny Wongso

Suatu hari, saat saya pulang ke kampung halaman. Terdengar kabar yang menyentakkan kalbu. Seorang teman lama, anak orang kaya, yang sewaktu dulu kami masih berteman sekolah adalah anak yang baik, pemalu dan tidak bermasalah. Tiba-tiba sekarang, setelah dewasa dan berkeluarga, suatu hari, dia bisa melakukan hal yang mencengangkan, yaitu menodongkan sebilah pisau kepada orangtuanya sendiri, sambil mengancam, "Ayah, tolong bagikan warisan sekarang saja. Aku butuh uang untuk membayar hutang judi". (gubrak!)

Sepenggal cerita tadi, membuat saya merenung dan berpikir tentang anak-anak saya. Bagaimana seandainya itu terjadi dengan salah satu dari anakku? Sungguh, saya tidak ingin berandai-andai hal yang semacam itu bisa terjadi pada salah seorang anakku!
Pertanyaannya adalah "Pendidikan seperti apa yang harus saya berikan untuk membekali mereka dengan pengertian benar tentang harta kekayaan dan hak waris?"

Suatu hari, saat kami seperti biasa berkumpul dan bertukar cerita, saya memulai dengan pertanyaan kepada mereka, "Anak-anak, jika ada orang atau teman yang bertanya kepada kamu, rumah kamu di mana, dan jawabnya adalah……?" Segera si bungsu menjawab tangkas, "Di sini lah ma. Rumah kita di jalan ……(sambil menyebut alamat lengkap rumah kami). Mama kok nanyanya aneh sih". "Pinter kamu. Benar. Rumah kita memang di sini. Selama kalian tinggal bersama dengan papa mama, ya di sinilah rumah kalian.

Tetapi ingat! rumah ini bukan punya kalian (ucap saya menekankan kata dan diam sejenak menatap mereka satu persatu).Ini adalah rumah papa dan mama, hasil kerja keras papa dan mama selama ini. Apakah kalian setuju? (mereka bersamaan menganggukan kepala). Jadi, nanti…. Rumah ini, atau barang apapun punya papa dan mama, mau diberikan kepada siapa atau mau diapain saja, terserah papa mama. Jelas ya. Papa mama telah menyiapkan dan menabung untuk biaya pendidikan kalian, maka tugas kalian adalah belajar dengan benar dan sekolahlah setinggi apapun yang kalian mampu. Dan di kemudian hari, bila kalian sudah selesai sekolah, terus bekerja dan nanti menghasilkan uang sendiri, nah….kalian bisa memiliki rumah kalian sendiri. Mau yang lebih besar, kamarnya di macem-macemin, atau mau diapain saja, terserah kemauan kalian sendiri, asyik kan?". Mereka pun mulai berceloteh tentang kamar idaman mereka, seperti yang di majalah atau kamar temannya si anu, dan sebagainya, dan seterusnya.

Malam hari menjelang tidur, terasa ada kelegaan di dada. Saya telah menyampaikan sebuah pelajaran kepada anak-anakku, menanamkan sebuah pengertian, bahwa yang telah diperoleh dari kerja papa mamanya adalah hak orang tuanya, bukan hak mereka. Mereka harus menghargai itu dan tidak berpikir untuk saling berebut warisan. Jika menginginkan sesuatu, maka harus rajin belajar, berupaya dan bekerja keras untuk mendapatkannya.
Menjelang tidur, doa kupanjatkan kepada Yang Kuasa, semoga anak-anakku kelak menjadi anak yang bertanggung jawab atas kehidupan mereka sendiri, tidak menjadi beban orang lain.

No comments:

Post a Comment