Saturday, June 5, 2010

Nilai Usia

Di suatu pagi hari, saat turun dari lantai atas, tiba-tiba mata saya melihat serangkai mawar merah tergeletak di atas meja. Ehm, 14 Februari, Valentine Day. Siapa gerangan pemilik bunga mawar itu? Saya pun dengan serta merta menghampiri pembantu untuk bertanya. "Mbak, bunga siapa tuh?" "Punya Valdy Bu. Dari kemarin sudah nitip uang dan pesan minta dibeliin bunga mawar", jawab si pembantu. "Mau dikasih ke siapa bunganya?" tanya saya penasaran. "Nggak tau mau dikasih siapa. Harganya pas mahal lagi bu, kan hari ini valentine. Satu tangkai aja Rp......, Valdy minta dibeliin 8 tangkai." Urusan tanya jawab pun tidak berlanjut karena yang bersangkutan sudah pergi ke sekolah.

Siang hari, tiba-tiba telepon berbunyi dari Valdy, "Ma, aku minta ijin nggak pulang rumah ya, mau pergi ke rumah duka di....", "Siapa yang meninggal Val?" Tanya saya. "Papanya si anu, kasihan lho ma, umurnya baru 41 tahun," jawab Valdy. Setelah memberi ijin dan berpesan untuk hati-hati di jalan dan memberi kabar lebih lanjut, kami pun bertemu lagi saat malam hari.

Valdy bercerita tentang kesedihannya melihat teman dan keluarganya menangis dan berduka. Usaha teman-teman untuk menghibur pun sia-sia.

Tiba-tiba saya teringat bunga mawar tadi pagi dan dengan bercanda menanyakan kepada Valdy, "Val, minta mbak beli bunga mawar mau kasih siapa sih, mama boleh tahu nggak?" "Buat si anu ma, kan kasihan papanya meninggal," jawab Valdy dengan polos. "Pake uang tabunganku sendiri lho ma. Boleh ditukerin nggak ma? Biar besok aku bisa jajan kalau laper hehehe."

Menjelang tidur, ada perasaan lega, senang dan sedikit malu mengiringi. Prasangka bahwa anakku yang "masih" 12 tahun sudah berpikir mau "nembak" temen ceweknya ternyata salah. Keinginannya menghibur teman yang sedang berduka (walaupun harus menguras dompet) memberi gambaran bahwa anakku memiliki sensitivitas pada penderitaan orang lain, sungguh membanggakan dan luar biasa!

Tak dipungkiri, meninggal di usia yang relatif muda, mencerminkan bahwa usia manusia tidak dapat diprediksi. Entah seberapa pun panjang umur yang dapat kita nikmati, yang utama adalah seberapa bekal kita untuk pindah alam mempertanggungjawabkan semua tindakan kita di hadapan sang khalik?

Suatu pagi, datang ke rumah saya, ibu guru les mandarin anak-anak yang usianya sudah di atas 70 tahun tetapi masih tampak enerjik. Dia bercerita diminta memberikan testimoni oleh dokter jantungnya di Metro TV untuk berbagi kepada pemirsa dan sesama penderita (dia divonis dokter 30% jantungnya tidak lagi berfungsi dengan baik). Ibu guru tersebut menanyakan bagaimana tata cara muncul di TV karena dia tahu beberapa hari sebelumnya kami sekeluarga rekaman untuk acara Kick Andy di Metro TV. Walaupun tampak ada ketegangan karena hendak berbicara di stasiun TV, tetapi dia puas telah berjumpa dan mendengarkan pesan yang saya sampaikan kepadanya.

Netter yang berbahagia,

Ibu guru yang telah berusia lanjut, dengan penuh semangat, setiap hari memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya demi mengajar ilmu kepada anak didiknya. Walaupun saat ini, tenaga yang dipunyai sangatlah terbatas karena kondisi kesehatannya, tetapi dia tidak pernah berhenti dan menyerah! Maka untuk acara di TV, saya memberi masukan agar menularkan semangat hidup yang dipunyainya kepada para pemirsa yang menonton acara tersebut. Kondisi tubuh bisa melemah, penyakitpun bisa mendera, tetapi bukanlah alasan untuk patah semangat dalam mengisi sisa hidup yang kita punyai dengan hal-hal yang positif dan bermanfaat.

Kita bisa berkaca dan belajar dari sikap dan semangat sang ibu guru.

Tentu kita patut bersyukur, dengan apa yang kita miliki saaat ini, kesehatan dan usia muda. Teman-teman dan keluarga, sepantasnya kita jaga dengan baik melalui memelihara pikiran positif dan meluangkan waktu untuk berolah raga.

Salam sukses luar biasa!


Penulis : Lenny Wongso

No comments:

Post a Comment